Rabu, 23 September 2020

Pertobatan, meninggalkan sifat kanak-kanak

 Shallom semua, syukur kepada Allah karena terus memberikan kekuatan, pewahyuan, dan penghiburan untuk semakin dewasa dan mengerti hati Tuhan untuk kita (saya) semua!


Hari ini tiba-tiba saya diingatkan Tuhan tentang ayat didalam

1 Korintus 13:1-11 (TB)  Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.
Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. 
Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.
Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi ia bersukacita karena kebenaran.
Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.
Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna.
Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap.
Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.

Yang sangat merhema kuat hari ini adalah di ayat 11,

1 Corinthians 13:11 (KJV)  When I was a child, I spake as a child, I understood as a child, I thought as a child: but when I became a man, I put away childish things.
1 Korintus 13:11 (JAWA94)  Nalika aku isih bocah, caturanku, pangrasaku lan patrapku mikir kaya bocah. Nanging saiki, sawisé aku diwasa, kaananku nalika isih bocah mau dakbuwang kabèh.

Tentang bagaimana kita harus meninggalkan sifat kanak-kanak, konteks ayat ini adalah bagaimana paulus menegur jemaat di korintus kota yg makmur, intelek, dan penuh kejahatan moral..
jemaat ini didirikan paulus 18bulan bersama priskila dan akwila, setelah kepergian paulus jemaat yang penuh dengan karunia ini memiliki berbagai permasalahan, salah satunya adalah tentang perpecahan..

Walaupun penuh dgn karunia dan berkembang pelayanan di kota ini, tapi paulus menegur krn jemaat disini masih seperti anak2, tidak tahu apa itu kasih dan kesatuan tubuh Kristus disana..

Tiba2 saya diingatkan Tuhan tentang mamah saya (yang sudah meninggal tahun 2017 lalu), mamah menjadi single parent setelah papah saya berpulang terlebih dahulu pada tahun 2005.. sebagai single parent, tentu bukanlah hal yg mudah karena harus ada 4 anak yg dihidupi dan harus diajari tentang nilai2 kehidupan (kakak cowok nomer 1 semester 4, kakak cewek nomer  2 masuk kuliah, saya lulus smp masuk SMA, adik kelas 1 SMP).. itu kenapa mamah selalu mengingatkan tentang hal2 simpel tapi saya dulu rasa itu tidaklah penting (belakangan saya tahu ternyata saya belum dewasa untuk menyadari dan mengerti) lagi pula kami berasal dari keluarga yg lumayan berada (mobil, HP, TV, Mesin Cuci, pembatu lebih dr 2 orang, dll -ini semenjak dulu bahkan akhir tahun 90an mamah sudah pakai hp-), misal listrik jangan boros, lampu tidak terpakai dimatikan, cuci piring sendiri, cuci baju, menyapu rumah (bersih2 rumah dll)..
Karena bagi saya itu tidak terlalu penting, belakangan sewaktu kami (saya dan saudara2 saya) harus merawat mamah yang sakit sejak 2015-2017, kami harus atur semua mulai dari makan, cari kontrakan rumah (karena rumah dijual utk banyak keperluan), sampai pengobatan mamah..
baru sadar bahwa itu semua (hemat listrik, air, makan tidak boleh pilih-pilih, harus dihabiskan makannya dll) hal simpel tapi penting.. krn kalo tidak maka uang akan keluar sia-sia..apalagi pemasukan saya dan adik (karena kami yang waktu itu serumah dengan mamah) yang tidak seberapa ..

Nah tiba2 tadi sepanjang hari seperti Tuhan sedang berbicara dengan saya tentang 2 hal dari sudut pandang yang berbeda..

1. Harus meninggalkan hal2 yang bersifat ke kanak2 an, misal ingin menang sendiri (menjadi pelayan Tuhan yg seringkali diutus ke tempat2 baru, membuat semangat pantang menyerah ini begitu melekat, kadang termanifestasi menjadi sulit mengalah terutama dalam hal2 yg positif), pola pikir yg salah, asumsi yang salah, ketidak konsistenan melakukan beberapa hal, emosi yang menggebu2..dll

Lebih dari pada itu juga tentang kasih lebih utama dari pada missi atau ministry itu sendiri..

2. Belajar utk tidak memaksakan sesuatu yg berlebihan pada seorang anak, sama seperti ilustrasi saya yg saya ambil dari pengalaman saya dengan mamah tadi, bahwa kadang sebagai anak memang sulit memahami apa yang orang tua atau dewasa inginkan, kesalahan saya pribadi terbesar adalah memaksakan sesuatu sebelum waktunya.. sangat menarik karena kata yang dipakai adalah phroneo, yang berarti pengertian atau pola pikir.. jadi memang kalau masih kanak-kanak tidak bisa dipaksakan untuk memiliki pola pikir orang dewasa.. ini hanya butuh waktu yang tepat saja, dan seringkali saya kurang sabar.. dan kurang tepat melepaskan sesuatu yang saya pribadi dapat dari Tuhan untuk sebuah ministry maupun seorang pribadi..

Ini sangat relevan dengan apa yang kita sebagai tubuh Kristus dapat beberapa tahun lalu, "jikalau kita ingin berjalan cepat berjalan sendiri, dan bila ingin berjalan jauh berjalanlah bersama-sama"

Seni menunggu ini adalah bagian dari sebuah kedewasaan..

Menahan perkataan, pemikiran dan tindakan sampai disaat yang tepat..

Yup sama seperti diawal perenungan 10 hari kemarin, saya memilih tidak menyerah untuk terus belajar, dan berjalan bersama-sama..

Semoga memberkati, Gbu all!

1 komentar: